Rabu, 23 Desember 2009

MENGATASI MASALAH INFERTILITAS - PRIA

Sekitar 20% pasangan mengalami kesulitan dalam memperoleh kehamilan. Bila dalam satu tahun pasangan usia subur tidak dapat memperoleh kehamilan setelah melakukan sanggama secara teratur dan tanpa perlindungan maka mereka digolongkan kedalam pasangan’subfertile”. 40% masalah gangguan kesuburan berada pada tubuh pria antara lain kelainan sperma atau hambatan dalam saluran reproduksi pria ( vas deferen ). Beberapa pria memiliki jumlah sperma yang cukup untuk dapat membuahi sel telur pasangannya dalam “test tube” sekalipun kadang kadang pria ini sendiri tak sanggup melakukan sanggama. Pada sebagian besar kasus, pasangan semacam ini dapat ditolong dengan menggunakan tehnologi reproduksi berbantu – “assisted reproductive technologies”. Sekitar 10% pasangan usia reproduktif yang diperiksa untuk masalah gangguan kesuburan tidak memperlihatkan adanya penyebab dari gangguan tersebut dan mereka di golongkan pada “idiopathic infertility”.


Metode Diagnostik

Pemeriksaan pada kasus gangguan kesuburan dilakukan dengan berbagai pemeriksaan baik pada pasangan laki atau perempuan.

Beberapa pemeriksaan pada pria antara lain :

  • Pemeriksaan fisik umum – termasuk melakukan anamnesa medik
  • Ultrasonografi – untuk melihatk keadaan organ reproduksi
  • Pemeriksaan darah – memeriksa kadar hormon seksual
  • Analisa sperma – melihat kualitas sperma dan adanya antibodi
  • Biopsi testis – untuk melihat apakah dapat ditemukan adanya sperma


Terapi pilihan

  • Pembedahan
  • Terapi hormon
  • Inseminasi artifisial
  • Fertilisasi in vitro
  • “Intra cytoplasmic sperm injection” (ICSI).


Pembedahan

Kesuburan seorang pria dapat terganggu akibat adanya varikokel atau adanya pembesaran vena dalam testis. Keadaan ini dapat diatasi dengan tindakan pembedahan. Saluran dalam sistem reproduksi pria yang digunakan untuk transportasi sperma dapat mengalami hambatan atau blokade akibat satu cedera atau tindakan vasektomi. Pada sejumlah kasus, blokade dapat diatasi melalui tindakan pembedahan untuk mengangkat polkasi blokade atau dengan memperbaiki saluran tersebut. Bila tindakan ini tak membawa hasil, maka dilakukan tindakan bedah lain berupa “percutaneus epididymal sperm aspiration” – PESA. Dengan anestesi lokal, jarum kecil dimasukkan ke epididymis untuk mengambil sperma dan digunakan untuk tindakan IVF secara langsung atau terlebih dulu dibekukan.

Terapi Hormon

Hipofisis melepaskan hormon gonadotropin yang memicu testis untuk menghasilkan sperma. Pada sejumlah kasus, gangguan kesuburan pada pria disebabkan oleh rendahnya kadar gonadotropin. Pemberian hormon ini dapat memicu produksi sperma.

Inseminasi artifisial

Cairan semen dikumpulkan , dicuci dan di pekatkan kemudian di masukkan dengan menggunakan peralatan khusus kedalam vagina – servik – uterus atau ke tuba falopii. Pilihan terapi ini diambil bila pasangan pria memiliki masalah dalam melakukan sanggama (impotensia) atau bila sperma tidak mampu menembus servik. Beberapa faktor yang mengganggu saat masuknya sperma kedalam uterus :

  • Cairan semen mengandung antibodi yang merusak sperma
  • Lendir servik mengandung antibodi yang merusak sperma
  • Lendir servik terlalu asam sehingga sperma mati


Fertilisasi in vitro (IVF)


image

Fertilisasi invitro adalah konsepsi dalam “test tube”. Pasangan wanita terlebih dahulu menjalani induksi ovulasi (stimulasi hormonal pada ovarium ) dan selanjutnya sejumlah sel telur diambil melalui satu tindakan yang dipandu instrumen ultrasonografi. Sel telur yang diambil selanjutnya dicampurkan dengan sperma yang sudah diambil sebelumnya dan dimasukkan kedalam inkubator. Sel telur yang telah dibuahi selanjutkan di implantasi kan pada uterus dengan satu tabung kecil yang dimasukkan melalui servik.


“Intra cytoplasmic sperm injection” (ICSI)

Kadangkala semen mengandung sperma dalam jumlah yang amat sedikit sehingga sulit untuk melakukan tindakan IVF. Pada kasus seperti ini, tindakan “intra cytoplasmic sperm injection” dapat digunakan. Sel telur diambil dari ovarium dan satu per satu di suntik dengan satu buah sperma. Sel telur yang dapat dibuahi kemudian dimasukkan kedalam rahim.

image


Kehamilan tidak selalu dapat terjadi


Meskipun menggunakan tehnologi yang canggih, kehamilan tidak selalu dapat terjadi dan hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain tehnologi yang digunakan dan penyebab dari gangguan kesuburan pada pria.

Harus diingat bahwa tehnologi reproduksi berbantu ini tidak dapat memperbaiki kualitas sperma.

Pada keadaan azoospermia misalnya ( cairan semen tidak mengandung sel sperma sama sekali ) sudah tentu tidak dapat dilakukan prosedur seperti ini, dalam kasus seperti ini dapat dipertimbangkan penggunaan donor sperma


Kesimpulan

  • Sekitar 40% masalah gangguan kesuburan berada di pihak pria antara lain abnormalitas sperma dan hambatan dalam struktur sistem reproduksi
  • Beberapa tehnologi reproduksi dapat membantu masalah gangguan kesuburan pada pria antara lain dengan tindakan pembedahan untuk membebaskan blokade saluran, terapi hormon , inseminasi artifisial, fertilisasi invitro dan “intracytoplasmic sperm injection”

Senin, 21 Desember 2009

GANGGUAN FERTILITAS - PRIA

image

Awal kehidupan terjadi tatkala sel telur dibuahi oleh sel sperma.

Sekurangnya sekitar 20 juta sperma per mililiter saat terjadi ejakulasi dengan mobilitas serta kekuatan yang memadai untuk berenang menuju tuba falopii dimana peristiwa konsepsi akan terjadi.

Kemungkinan terjadinya kehamilan pada pasangan usia reproduktif yang melakukan sanggama sekitar masa ovulasi adalah 20% setiap bulannya.

Pasangan baru akan diangap memiliki masalah fertilitas manakala sudah melakukan usaha memperoleh kehamilan dengan ber sanggama secara teratur selama satu tahun dan tak membuahkan hasil.

Sekitar 20% pasangan usia reproduktif mengalami masalah gangguan fertilitas dan pada banyak kasus mereka akanterbantu dengan tehnologi reproduksi berbantu – assisted reproductive tecchnologies.

Sekitar 40% masalah gangguan fertilitas berada pada pasangan pria.

Gangguan kesuburan pada pria antara lain kualitas sperma yang buruk atau terjadi blokade dalam sistem reproduksi.

OBSTRUKSI

image

Sperma dibuat dalam testis.

Saat ejakulasi, sperma keluar karena adanya kontraksi otot yang berada sepanjang epidedimis dan bercampur dengan cairan vesica seminalis.

Kelenjar prostate juga menghasilkan cairan yang bercampur dengan semen.

Semen akan terdorong sepanjang vas deferen kedalam urethra dan keluar melalui penis. Blokade atau tidak adanya vas deferen akan menyebabkan ganguan fertilitas dan keadaan tersebut dapat disebabkan oleh tindakan vasektomi atau cedera.

Masalah sperma

Masalah jumlah dan kualitas sperma diduga disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian memperlihatkan bahwa hilangnya satu bagian kecil pada kromosome pria akan menyebabkan terjadinya gangguan kualitas sperma.

Berbagai masalah pada sperma :

  • Tidak terdapat sperma ( azoospermia ) – cairan semen tidak mengandung sperma ; keadaan ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau kegagalan testis.
  • Jumlah sperma sedikit ( oligospermia ) – cairan ejakulasi tidak mengandung jumlah sperma yang cukup agar dapat terjadi konsepsi
  • Bentuk sperma abnormal – bentuk abnormal sperma akan menyebabkan hilang atau terganggunya kemampuan untuk menembus sel telur
  • Gangguan motilitas – sperma sehat memiliki ekor yang memberikan kemampuan sperma untuk berenang di dalam saluran reproduksi wanita. Gangguan motilitas sperma akan mengganggu kesuburan.

Gangguan fungsi

  • Impotensia – ketidak mampuan penis untuk ereksi secara memadai agar dapat melakukan penetrasi saat sanggama .
  • Masalah pada testis – dapat disebabkan oleh cedera , infeksi atau kemoterapi
  • Prostatektomi – efek samping akibat prostatektomi adalah infertiliti , impotensia dan inkontinensia
  • Gangguan tertentu – sklerosis multiple , diabetes yang menyebabkan gangguan ereksi dan ejakulasi
  • Antibodi – sistem kekebalan pada pria dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sperma antara lain hilangnya kemampuan untuk menembus sel telur.

Masalah Hormonal

Kadar hormon seks diregulasi oleh sejumlah kelenjar dan hormon yang dihasilkan. Hipofisis di otak mempengaruhi hormon seksual yang di produksi testis atas pengaruh hipotalamus. Penyebab infertiliti pada pria yang relatif jarang adalah kegagalan pembentukan hormon gonadotropin.

Pada sekitar 10% pasangan infertil yang diperiksa tidak ditemukan penyebab yang jelas. Keadaan ini disebut sebagai gangguan kesuburan : unexplained” atau “ idiopatik “.

Metode Diagnostik

Investigasi pada kasus yang diduga gangguan kesuburan terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada pria dan pasangannya.

Pemeriksaan gangguan kesuburan pada pria :

  • Analisa sperma - sediaan sperma diperiksa di laboratorium dan dicari adanya kelainan sperma dan antibodi
  • Pemeriksaan darah – menentukan kadar hormon
  • Biopsi testis
  • Pemeriksaan ultrasonografi – untuk memeriksa organ reproduksi antara lain kelenjar prostat

Pilihan terapi

Tidak ada terapi untuk memperbaiki kualitas sperma akan tetapi terdapat sejumlah cara untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan dengan kualitas sperma yang sudah ada. Terapi yang diberikan tergantung penyebabnya, antara lain :

  • Terapi hormon – bila kuantitas sperma rendah disebabkan oleh rendahnya hormon gonadotropin
  • Inseminasi artifisial – semen dikumpulkan dan di pekatkan dan kemudian dimasukkan kedalam uterus
  • Fertilisasi in-vitro – konsepsi dilakukan di laboratorium dan sel telur hasil konsepsi tersebut di masukkan kembali ke dalam uterus

Kesimpulan

  • Sekitar 40% masalah gangguan kesuburan terletak pada pria
  • Masalah gangguan kesuburan pada pria antara lain buruknya kualitas sperma, jumlah sperma yang rendah dan blokade dalam sistem reproduksi pria
  • Pilihan terapi untuk kualitas sperma yang buruk antara lain dengan inseminasi artifial menggunakan semen yang sudah di pekatkan
 

Daftar Blog Saya

Site Info

Pengikut

SITUS REPRODUKSI 4 U Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template